MAKALAH
FILSAFAT ILMU
“SARANA BERFIKIR LOGIKA,
BAHASA, MATEMATIKA, DAN STATISTIKA DALAM PERKEMBANGAN ILMU”
(disusun
untuk memenuhi tugas perkuliahan Filsafat Ilmu, Oktober 2013)
Oleh
:
CHAYA
PEBIYANA
06032681318062
Dosen
Pengampu :
Prof.
Mulyadi Eko Purnomo,M.Pd
Dr.
Riswan Jaenuddin, M.Pd
PROGRAM STUDI MAGISTER
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
SARANA BERFIKIR DARI LOGIKA,
BAHASA, MATEMATIKA, DAN STATISTIKA DALAM PERKEMBANGAN ILMU.
Pendahuluan
Dalam pertumbuhannya,
filsafat sebagai hasil penilaian para filosof, telah melahirkan berbagai macam
pandangan. Adakalanya, beberapa pandangan saling mendukung, dan adakalanya pula
berbeda dan saling berlawanan. Perbedaan itu antara lain disebabkan oleh
pendekatan yang dipakai berbeda-beda, sehingga menghasilkan kesimpulan yang
berbeda pula. Dalam filsafat ilmu sarana berfikir ilmiah menjadi bahan untuk
dipaparkan melalui logika, bahasa, Matematika,
dan statistika. Dari empat peran filsafat ilmiah tersebut penerapan antara
filsafat dengan ilmu pendidikan mempunyai objek dari sudut pandang
masing-masing.
Filsafat pendidikan
sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Karena
dalam memperlajari Filsafat Pendidikan Kita lebih tahu dasar-dasar pendidikan.
Dengan mempelajarinya maka generasi yang akan datang akan lebih memahami
tentang pendidikan dan aliran filsafat pendidikan, supaya kita dapat mengambil
hikmah pembelajaran dari aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut.
Manusia sebagai makhluk sempurna. Merupakan Maha karya
agung yang dipercaya mengolah dunia. Manusia dibekali dengan berbagai kemampuan.
Salah satunya adalah kemampuan berlogika yaitu kemampuan seseorang menarik
kesimpulan melalui proses
berfikir yang membuahkan pengetahuan.agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran
itu mempunyai dasar kebenaran (Suryasumantri,
1990:46).
Bahasa adalah kemampuan
pertama manusia. Dengan bahasa manusia mengenal berbagai pengertian dan
pemahaman. Kemampuan berbahasa juga mengantarkan seseorang meraih berbagai
peluang kerja, seperti pernyataan Wittgenstein ”Die Grenzen Meiner Sprache Bedeuten Die
Grenze Meiner Welt” (Batas Bahasaku adalah Batas Duniaku) (Suryasumantri,
1990:171).
Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Matematika memberikan kemudahan kepada kita di dalam memberi simbol akan makna
sesuatu. Sehingga apa yang sulit menjadi mudah dipahami (Suryasumantri, 1990:193).
Sementara statistika
pengembangan lebih lanjut dari matematika. Penggunaan statistika dalam
kehidupan dewasa ini sangat membantu untuk melakukan penarikan kesimpulan dari
permasalahan yang dihadapi atau untuk merencanakan masa depan yang baik (Suryasumantri, 1990:211).
Peradaban yang dibangun manusia, disebabkan dia mampu melakukan penalaran. Penalaran menggunakan kecakapan penggunaan logika, bahasa, matematika dan statistika
sebagai pembantu mengambil kesimpulan. Sejumlah pengetahuan yang dihasilkan
manusia baik melalui penalaran rasional maupun emperikal, terus menerus
melahirkan ilmu baru. Ilmu baru tersebut terus-menerus berkoheren dengan ilmu
lainnya. Yang tidak pernah berhenti. Manusia tidak pernah kesepian dari
informasi pengetahuan.
Adapun
perumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
logika
2. Bahasa
3. Matematika
4. Statistic
A.
LOGIKA
Pengertian
Penalaran merupakan
suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan agar pengetahuan yang
dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berfikir itu harus dilakukan
suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana
logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara
sahih (valid) dan ditarik kesimpulan (Suryasumantri, 1990:46).
Terdapat
bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun sesuai dengan tujuan studi yang
memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penalaran ilmiah,
kita akan melakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis cara
penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif (Suryasumantri,
1990:46).
Logika
induktif erat hubungannyadengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum sedangkan deduktif
kesimpulan didapat dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat
individual. Contoh pernyataan yang bersifat induktif : semua binatang mempunyai
mata dan semua manusia mempunyai mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua
makhluk mempunyai mata. Sedangkan deduktif: semua makhluk mempunyai mata
(premis mayor) Si Polan adalah seorang makhluk (premis minor) Jadi Si Polan
mempunyai mata. Kesimpulan yang diambil bahwa Si Polan mempunyai mata adalah
sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari
dua premis yang mendukungnya. Pernyataan apakah kesimpulan itu benar maka dapat
dipastikan bahwa kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya benar,
sekiranya cara penarikan kesimpulan adalah tidak sah dengan demikian maka
ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis
mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan mengambil kesimpulan
(Suryasumantri, 1990:49).
Jadi
dapat ditarik kesimpulan didalam pengetahuan proses berfikir sangat dibutuhkan
untuk kelancaran penggunaan dan peningkatan kemampuan manusia dalam mengelola
serta bagaimana proses berfikir yang membuahkan
pengetahuan agar
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berfikir itu harus dilakukan
suatu cara tertentu untuk kemajuan pengetahuan
yang didapat.
B.
BAHASA
Pengertian
Bahasa
adalah komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berfikir ilmiah. Terdapat beberapa pengertian bahasa: (Suryasumantri, 1990:
171-188).
1. Bahasa
adalah serangkaian bunyi.
Sebenarnya
kita bisa berkomunikasi dengan mempergunakan alat-alat lain, umpamanya saja
dengan memakai berbagai isyarat. Manusia mempergunakan bunyi sebagai alat
komunikasi yang paling utama. Tentu saja, mereka yang tidak dianugerahi
kemampuan bersuara, harus mempergunakan alat komunikasi yang lain, seperti yang
kita lihat mereka yang bisu. Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini
dikatakan juga sebagai komunikasi verbal, dan manusia yang bermasyarakat dengan
alat komunikasi bunyi, disebut juga sebagai masyarakat verbal.
2. Bahasa
merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu.
Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu
umpamanya saja gunung atau seekor burung merpati.
Perkataan gunung dan burung merpati sebenarnya merupakan lambang yang kita
berikan kepada dua obyek tersebut. Bagi kita obyek tersebut kita lambangkan
dengan bunyi “gunung” sedangkan bahasa lain dilambangkan dengan mountain dalam
bahasa Inggris atau jaba dalam bahasa Arab. Demikian juga dengan “merpati” yang
berubah menjadi dove dalam bahasa Inggris dan japati dalam bahasa Sunda.
Adanya bahasa memungkinkan kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun obyek yang sedang kita pikirkan tersebut tidak berada di dekat kita. Manusia dengan kemampuannya berbahasa memungkinkan untuk memikirkan sesuatu masalah secara terus-menerus. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain.
Adanya bahasa memungkinkan kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun obyek yang sedang kita pikirkan tersebut tidak berada di dekat kita. Manusia dengan kemampuannya berbahasa memungkinkan untuk memikirkan sesuatu masalah secara terus-menerus. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain.
3. Peranan
Bahasa dalam kehidupan manusia
Keunikan
manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan
terletak pada kemampuan berbahasa. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka
kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan. Lebih
lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tak mungkin
mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah
kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi
selanjutnya. Manusia dapat berfikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa.
Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berfikir secara rumit dan abstrak
seperti yang dilakukan pada kegiatan ilmiah. Demikian juga tanpa bahasa maka
kita tidak akan dapat mengkomunikasikan pengetahuan kita kepada orang lain.
Binatang tidak diberkahi dengan bahasa yang sempurna sebagaimana kita miliki,
oleh sebab itu maka binatang tidak dapat berfikir dengan baik dan
mengakumulasikan pengetahuannya lewat proses komunikasi seperti kita
mengembangkan ilmu.
Adanya
simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan
sesuatu secara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk
berfikir secara teratur dan sistematis. Taransformasi obyek faktual menjadi
symbol abstrak yang diwujudkan lewat perbendaharaan kata-kata ini dirangkaian
oleh tata bahasa untuk mengemukakan suatu jalan pemikiran atau ekspresi
perasaan. Kedua aspek bahasa ini yakni aspek informative dan emotif keduanya
tercermin dalam bahasa yang kita gunakan. Artinya, kalau kita berbicara maka
pada hakikatnya informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif,
demikian juga kalau kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung
unsur-unsur informatif. Seperti yang dicontohkan oleh Bertrand Russell, “musik
dapat dianggap sebagai bentuk dari bahasa, di mana emosi terbebas dari
informasi, sedangkan buku telepon memberikan kita informasi sama sekali tanpa
emosi.
Jadi
bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap.
Menurut Kneler bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif
dan afektif. Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah
sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik. Dalam komunikasi ilmiah
sebenarnya sebenarnya proses komunikasi itu harus terbebas dari unsure emotif
ini, agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif, artinya
identik dengan pesan yang dikirimkan.
4. Kekurangan
Bahasa
Sebagai
sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa kekurangan, yaitu:
1) Memiliki
kecenderungan emosional. Sebagaimana fungsi bahasa baik komunikasi emotif,
afektif, dan simbolik. Dalam komunikasi ilmiah kita inginmempergunakan aspek
simbolik saja dari ketiga fungsi tersebut tadi dimana kita ingin
mengkomunikasikan informasi tanpa kaitan emotif dan afektif. Dalam kenyataanya
hal ini tidak mungkin; bahasa verbal mau tidak mau tetap mengandung ketiga
unsur yang bersifat emotif, afektif dan simbolik.
2) Memiliki
arti yang tidak jelas dan
eksak. Sebuah kata kadang-kadang mempunyai lebih dari suatu arti yang berbeda,
umpamanya kata ilusi dalam kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai
berikut: ilusi: angan-angan; khayal; 1. Sesuatu yang memperdaya pikiran dengan
memberikan kesan yang palsu ( seperti halnya dengan para pelancong di padang
pasir yang melihat sebuah danau, yang sebenarnya tidak ada), 2. Suatu gagasan
yang keliru; suatu kepercayaan yang tidak berdasar; keadaan pikiran yang
memperdaya seseorang.
Di samping itu bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Umpamanya pengertian tentang “ usaha kerja sama yang terkoordinasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu” dsebutkan sebagai administrasi, manajemen, pengelolaan dan tatlaksana. Sifat majemuk dari bahasa ini sering menimbulkan apa yang dinamakan kekacauan semantic, dimana dua orang yang berkumunikasi mempergunakan sebuah kata yang sama namun untuk pengertian yang berbeda, atau sebaliknya, mereka mempergunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah pengertian yang sama
Di samping itu bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Umpamanya pengertian tentang “ usaha kerja sama yang terkoordinasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu” dsebutkan sebagai administrasi, manajemen, pengelolaan dan tatlaksana. Sifat majemuk dari bahasa ini sering menimbulkan apa yang dinamakan kekacauan semantic, dimana dua orang yang berkumunikasi mempergunakan sebuah kata yang sama namun untuk pengertian yang berbeda, atau sebaliknya, mereka mempergunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah pengertian yang sama
3) Pembagian
Bahasa
Bahasa dapat dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitu bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami adalah
bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tumbuh
atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alami dapat dibagi menjadi
bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa isyarat dapat
berlaku umum dapat pula berlaku khusus. Bahasa isyarat yang berlaku umum
terlihat seperti mengangguk yang mengandung makna setuju, da menggeleng yang
mengandung makna tidak setuju. Sedangkan bahasa buatan disusun sedemikian rupa
berdasarkan pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata dalam bahasa
buatan disebut “istilah”, sedangkan arti yang dikandung “istilah” itu disebut
konsep.
Perbedaan antara
bahasa alami dan bahasa buatan adalah:
isi konseptual adala istilah tertentu lebih
sewenang-wenang, sekehendak hati, sedangkan makna dari bahasa biasa lebih
bersifat kebiasaan sehari-hari. Oleh karena itu makna tidak perlu didiskusikan
Di samping kita
mengenal bahasa alami dan bahasa buatan di atas, kita juga mengenal bahasa
ilmiah. Adapun yang dimaksud dengan bahasa ilmiah adalah bahasa buatan yang
diciptakan olelh para ahli di bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah.
5. Pengertian
Defenisi
Menurut Mundiri,
Defenisi adalah pengetahuan yang dibutuhkan. Defenisi adalah kelompok
karakteristik suatu kata sehingga dapat membedakan kata lain yang menunjukkan
objek yang lain pula.
Menurut Noor Ms.
Bakry, defenisi berasal dari bahasa latin, “definire” yang berarti menandai
batas-batas sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti.
Jadi defenisi dapat diartikan sebagai penjelasan tentang apa yang dimaksudkan
dengan sesuatu istilah.
Patokan membuat
defenisi adalah:
1. Defenisi
tidak boleh lebih luas atau sempit dari konotasi kata yang didefenisikan.
Contoh: defenisi yang
terlalu luas; perkutut adalah burung yang dapat terbang dengan cepat.
Defenisi yang terlalu
sempit; Kursi adalah tempat dudujk yang terbuat dari kayu.
2. Defenisi
tidak boleh menggunakan penjelasan yang justru membingungkan
Contoh: sejarah adalah samudera pengalaman yang selalu bergelombang tidak ada putus-putusnya.
Contoh: sejarah adalah samudera pengalaman yang selalu bergelombang tidak ada putus-putusnya.
3. Defenisi
tidak boleh menggunakan bentuk negative
Contoh: benar adalah sesuatu yang tidak salah
Contoh: benar adalah sesuatu yang tidak salah
C. MATEMATIKA
Pengertian
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang matematika bersifat artificial ( buatan atau tidak
alami) yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa
itu maka matematika hannya merupakan kumpulan rumus-rumus mati. Matematika
adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
1.
Matematikan sebagai sarana
berpikir deduktif
Kita
telah mengenal bahwa jumlah sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat.
Pengetahuan ini mungkin saja kita dapat dengan jalan mengukur sudut-sudut dalam
sebuah segitiga dan kemudian menjumlahkannya. Dipihak lain, pengetahuan ini
bisa didapatkan secara deduktif dengan mempergunakan matematika. Seperti
diketahui berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah dditentukan. Untuk
menghitung jumlah sudut dalam segitiga tersebut kita mendasarkan kepada premis
bahwa kalau terdapat dua garis sejajar maka sudut-sudut yang dibentuk kedua
garis sejajar tersebut dengan garis ketiga adalah sama.
2.
Perkembangan Matematika
Griffits
dan howson (1974)sebagaimana dikutip oleh Jujun S. Suamantri, membagi sejarah
perkembangan matematika menjadi empat tahap. Tahap yang pertama dimulai dengan
matematika yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan daerah sekitarnya
seperti Babylonia dan Mesopotamia. Waktu itu matematika telah dipergunakan
dalam perdgangan, pertanian, bangunan dan usaha mengontrol alam seperti banjir.
Tahap yang ke dua, matematika mendapatkan momentum baru dalam peradaban Yunani
yang sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika. Dapat dikatakan bahwa
peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berfikir
rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan defenisi tertentu. kaum
cendekiawan Yunani, terutama mereka yang kaya, mempunyai budak belian yang
mengerjakan pekerjaan kasar termasuk hal-hal yang praktis seperti melakukan
pengukuran. Dengan demikian maka kaum cendikiawan ini dapat memusatkan
perhatiannya kepada aspek estetik dari matematika yang merupakan symbol status
dari golongan atas waktu itu. Perkembangan selanjutnya matematika berkembang di
timur sekitar tahun 1000 M. dimana bangsa Arab, India, dan Cina mengembangkan
ilmu hitung dan aljabar. Tahap ke tiga gagasan-gagasan orang Yunani dan
penemuan ilmu hitung dan al-Jabar itu dikaji kembali dalam zaman Renaissance
yang meletakkan dasar bagi kemajuan matematika modern selanjutnya. Dan tahap ke
empat matematika berkembang dengan pesat diujung abad 17 dan masa revolusi
industry di abad ke -18.
3.
Peranan Matematika dalam
ilmu pengetahuan
Bagi
dunia keilmuwan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Matematika dalam hubungannya
dengan komunikasi ilmiah mempunyai peranan ganda, yakni sebagai ratu sekaligus
pelayanan ilmu. Di satu pihak, sebaai ratu matematika merupakan bentuk
tertinggi dari logika, sedangkan dilain pihak, sebagai pelayan matematika
memberikan buka saja system pengorganisasian ilmu yang bersifat logis namun
juga pernyataan-pernyataan dalam bentuk model matematika. Matematika bukan saja
menyampaikan informasi secara jelas dan tepat namun juga singkat. Suatu rumus
yang jika ditulis dengan bahasa verbal memerlukan kalimat yang banyak sekali,
dimana makin banyak kata-kata yang dipergunakan maka makin besar pula peluang
untuk terjadinya salah informasi dan salah interpretasi, maka dalam bahasa
matematika cukup ditulis dengan model yang sederhana sekali. Matematika sebagai
bahasa mempunyai ciri bersifat ekonomis dengan kata-kata. Matematika dapat
dikatakan hamper sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri.
Matematika merupakan bahasa artificial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Untuk itu naka diperlukan usaha tertentu untuk menguasai matematika dalam bentuk kegiatan belajar. Matematika tanpa kita sadari memang bisa menjadi tujuan dan bukan alat itu sendiri, seperti pengamatan anak kecil itu yang menggerutu, “ dikiranya hannya angka-angka saja mereka bisa mengetahui”. Gejala ini kemungkinan besar disebabkan karena kita kurang mengetahui tentang hakikat yang sebenarnya dari matematika. Tulisan ilmiah umpanya lalu berubah menjadi kumpulan rumus dan tabel yang tidak berbicara apa. Hal ini mungkin disebabkan anggapan yang salah bahwa mutu suatu karya ilmiah ditentukan oleh banyaknya angka-angka dan bukan kerangka berfikir yang didukung oleh angka-angka tersebut.
Matematika merupakan bahasa artificial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Untuk itu naka diperlukan usaha tertentu untuk menguasai matematika dalam bentuk kegiatan belajar. Matematika tanpa kita sadari memang bisa menjadi tujuan dan bukan alat itu sendiri, seperti pengamatan anak kecil itu yang menggerutu, “ dikiranya hannya angka-angka saja mereka bisa mengetahui”. Gejala ini kemungkinan besar disebabkan karena kita kurang mengetahui tentang hakikat yang sebenarnya dari matematika. Tulisan ilmiah umpanya lalu berubah menjadi kumpulan rumus dan tabel yang tidak berbicara apa. Hal ini mungkin disebabkan anggapan yang salah bahwa mutu suatu karya ilmiah ditentukan oleh banyaknya angka-angka dan bukan kerangka berfikir yang didukung oleh angka-angka tersebut.
Angka
tidak bertujuan menggantikan kata-kata; pengukuran sekedar unsur dalam
menjelaskan persoalan yang menjadi pokok analisis utama. Teknik matematika yang
tinggi bukan merupakan penghalang untuk mengkomunikasikan pernyataan yang
dikandungnya dalam kalimat-kalimat yang sederhana. Matematika merupakan sarana
untuk mempermudah memahami suatu ungkapan ke dalam symbol, sehingga menghemat
dari segi bahasa serta mudah dipahami. Matemaika merupakan suatu cara yang
paling mudah dalam memformulasikan hipotesa keilmuwan. Matematika memiliki ciri
utama sebagai metode dalam penalaran.
D. STATISTIKA
Pengertian
a. Statistika
adalah logika berpikir secara induktif, yaitu penarikan kesimpulan setelah
dihadapkan kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus
diamati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
b. Statistika
adalah ilmu tentang cara mengumpulkan, menabulasi, menggolong-golongkan,
menganalisis, dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa angka.
c. Statistika
adalah pengetahuan yang berhubungan dengan pengumpulan data, penyelidikan dan
kesimpulannya berdasarkan bukti, berupa catatan bilangan (angka-angka).
Hampir sama dengan logika matematika,
statistika selain berupa angka-angka, ia juga merupakan bidang keilmuwan yang
memberi arti pada lambang, formula dan teorema. Ia seperti tata buku, selain
merupakan kumpulan berbagai prinsip dan metode, namun ia juga berarti rekening,
neraca dan perhitungan pendapatan. Bidang keilmuwan statistika adalahsekumpulan
metode untuk memperoleh dan menganalisa data dalam mengambil suatu kesimpulan.
Perbedan antara matematika dan statistika terletak pada logika yang digunakan.
Matematika menggunakan logika deduktif, sedangkan statistika menggunakan logika
induktif.
Sejarah
Perkembangan Statistika
Peluang yang merupakan dasar dari
teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran
Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai
kombinasi bilangan sudah terdapat dalam al-Jabar yang dikembangkan sarjana
Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini
dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang.
Konsep statistika sering dikaitkan
dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham
Demoivre ( 1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan. Pada tahun
1757 Thomas Simpson menyimpulkan
bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut dari suatu suatu variable dalam
suatu frekuensi yang banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan
konsep Demoivre dan Simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal;
sebuah konsep yang mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam
analisis statistika di samping teori peluang. Statistika yang relative sangat
muda dibandingkan dengan matematika, berkembang dengan sangat cepat terutama
dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan. Penelitian ilmiah, baik yang berupa
survai maupun eksprimen, dilakukan dengan cermat dan teliti mempergunakan
teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Peranan Statistika dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Statistika merupakan pengembangan
dari matematika. Data dengan jumlah ribuan akan dengan mudah dibaca kalau sudah
mempergunakan ilmu Statistika. Statistika memiliki ciri khas pengambilan
kesimpulan dengan cara induktif. Pengambilan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang
harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Logika
statistika disebut juyga logika induktif yang tidak memberikan kepastian namun
memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu
kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar, mungkin juga salah. Langkah yang
ditempuh dalam logika induktif ini adalah:
1) Observasi
dan eksprimen
2) Munculnya
hipotesis ilmiah
3) Verifikasi
dan pengukuhan yang berakhir pada hasil sebuah teori dan hukum ilmiah.
Statistika sebuah ilmu sudah banyak
dipergunakan oleh berbagai instansi untuk kepentingan pelayanan. Berbagai
sensus dan survai tidak dapat dilanjutkan dan diketahui hasilnya jika data yang
telah terkumpul tidak diolah dengan kajian statistika. Dengan mempergunakan
statistika kita dapat menghemat tenaga dan biaya. Misalnya, untuk mengetahui
tinggi badan rata-rata umur 10 tahun anak Indonesia, seseorang tidak perlu
mengukur semua manusia dengan umur yang sama dari Sabang sampai Meraike. Ia
cukup melakukan pengukuran terhadap sebagian anak saja yang dijadikan sampel.
Tentu saja penarikan kesimpulan ini didasarkan atas jumlah sampel yang diambil
dengan model tertentu dari jumlah populasi yang ada. Kesimpulan yang dihasilkan
dari pengukuran tinggi badan anak Indonesia, tentu saja tidak seteliti
kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan sensus.
Statistika mampu memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada
pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh
yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.
Sebaliknya semakin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula tingkat
ketelitiannya. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk
mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atau lebih
bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang
bersifat empiris. Umpamanya saja kita melakukan pemupukkan terhadap sejumlah
rumpun padi. Berdasarkan teori yang hipotesisnya sedang kita kaji maka secara
logis batang padi yang dipupuk seharusnya bertambah tinggi. Namun bila kita
teliti batang padi yang tidak dipupuk maka mungkin saja beberapa batang di
antaranya juga akan bertambah tinggi disebabkan oleh hal-hal di luar pemupukan
tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh kesuburan tanah yang ditumbuhi batang
tersebut agak berlainan dengan tanah di sekitarnya, atau mungkin juga batang
padi tersebut mempunyai karakteristik genetic tersendiri meskipun berasal dari
species yang sama dengan rumpun padi lainnya, atau mungkin juga disebabkan
berbagai-bagai hal lainnya yang berada di luar hubungan kausalitas antara
tinggi batang padi dan pemupukan. Jadi dalam hal ini statistika berfungsi
meningkatkan ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan dengan jalan
menghindarkan hubungan semu yang bersifat kebetulan.
Penarikan
kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah
secara ekonomis, dimana tanpa statistika hal ini tidak mungkin dapat dilakukan.
Ilmu ini memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif. Logika
induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk
premis-premis tertentu dapat ditarik. Jika selama bulan Oktober dalam beberapa
tahun yang lalu hujan selalu turun, maka kita tidak bisa memastikan bahwa
selama bulan Oktober tahun ini juga akan turu hujan. Kesimpulan yang dapat kita
tarik dalam hal ini hannyalah pengetahuan mengenai tingkat peluang untuk hujan
dalam tahun ini juga akan turun.
Statistika
merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu
kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian
secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. Sekiranya terdapat
seorang gila dalam sepuluh orang yang kebetulan berkumpul bersama-sama, maka
berdasarkan akal sehat kemungkinan besar yang seorang itulah yang akan disebut
orang gila.
KESIMPULAN
1. Logika merupakan proses
berfikir yang membuahkan pengetahuan dan
mempunyai dasar kebenaran sehingga bisa ditarik kesimpulan dari kebenaran
tersebut
2. Bahasa merupakan sarana
berfikir ilmiah karena memiliki peranan yang amat luas. Ia menjadi sarana
komunikasi emosi, afeksi dan sekaligus simbolik sehunggan keteraturan dalam pengungkapan perkataan menjadi terarah dan
menjadi alat komunikasi.
3. Matematika merupakan
penyampaian makna melalui simbol atau lambang. Matematika mengembangkan bahasa
numeric yang menafikan unsur emosi, kabur dan majemuk seperti yang terdapat
dalam bahasa. Melalui unsur ini, manusia dapat melakukan pengukuran secara
kuantitatif yang ini tidak diperoleh dalam bahasa yang selalu memberi
kemungkinan menggunakan perasaan yang bersifat kualitatif.
4. Statistika. Masih bagian dari
matematika, namun di dalam aplikasi berbeda dengan matematika. Statistika
memberikan kesimpulan secara tidak pasti, bisa jadi benar atau bisa jadi salah.
Statistika merupakan kumpulan pengetahuan yang memungkinkan seseorang untuk
menghitung tingkat peluang dengan eksak. Ia juga dapat berguna bagi penarikan
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hannya sebagian dari
populasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dali S, Naga. 1980. Berhitung: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Cecep, Sumarna. 2004. Filsafat Ilmu; dari hakikat menuju nilai.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bakry.
Noor Ms. 1996. Sarana Berfikir Ilmiah dalam Filsafat Ilmu
sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Liberty.
0 komentar:
Posting Komentar