(disusun untuk memenuhi
tugas perkuliahan Filsafat Ilmu,
25
November 2013)
Oleh
CHAYA
PEBIYANA
06032681318062
Dosen
Pengampu:
1. Prof.
Mulyadi Eko Purnomo,M.Pd
2. Dr.
Riswan Jaenuddin, M.Pd
PROGRAM STUDI MAGISTER
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
UJIAN UTS SEMESTER
GANJIL 2013/2014
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FKIP SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Soal
:
1. lihat
silabus atau kurikulum teknologi pendidikan
Deskripsikan dan petakan
keberadaan mata kuliah filsafat ilmu dalam kerangka keseluruhan prodi TP
Pascasarjana Unsri. Bagaimanakah peran mata kuliah ini dalam upaya mengembangkan
mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional ? (nilai 30)
Jawab
:
Filsafat
adalah induk semua ilmu pengetahuan. Filsafat memberi sumbangan dan peran
sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan
hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu
pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung-jawabkan ilmunya.
Pertanggung-jawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah
langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus
dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif
(dapat dimengerti secara intersubjektif).
Hampir semua penyakit dan ilmu dapat
dipelajari oleh kita. Semua itu berangkat dari filsafat. Filsafat itu ibarat
pondasi dalam sebuah bangunan. Filsafat (mencari kebenaran versi manusia)
mulanya berasal dari data empiris (pengalaman). Filsafat ilmu adalah ikhtiar
manusia untuk memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsafat ilmu
keabsahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsafat ilmu memperkenalkan
knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses
pembelajaran atau pendidikan.
Filsafat
ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas mungkin
segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan
metodenya. Filsafat ilmu menuntut jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut (Komara, 2011:6) :
1.
Karaktersitik-karakteristik
apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari tipe penyelidikan lain?
2.
Kondisi yang bagaimana yang
patut dituruti oleh para ilmuwan dalam penyelidikan alam?
3.
Kondisi yang bagaimana yang
harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar menajadi benar?
4.
Status kognitif yang
bagaimana dari prinsip-prinsip dan hokum-hukum ilmiah?
Ilmu yang kini telah mengelaborasi
ruang lingkupnya yang menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia yang paling
dasariah, baik individual maupun social memiliki dampak yang amat besar,
setidaknya menurut Koentowibisono (dalam Komara, 2011:6) ada tiga hal. Pertama, ilmu yang satu sangat berkaitan dengan
yang lain, sehingga sulit ditarik batas antara ilmu dasar dan ilmu terapan,
antara teori dan praktik. Kedua, semakin kaburnya garis batas tadi
sehingga timbul permasalaha sejauh mana seorang ilmuwan terlibat dengan etika
dan moral. Ketiga, dengan
adanya implikasi yang begitu luas terhadapat kehidupan umat manusia, timbul
pula permasalahan akan makna ilmu itu sendiri sebagai sesuatu yang membawa
kemajuan atau malah sebaliknya.
Dengan
pemahaman yang tertera di atas, bahwa filsafat ilmu sebagai dasar dari segala
ilmu pengetahuan, karena filsafat ilmu menelusuri, menyelidiki pengetahuan
sehingga terlahirlah ilmu yang merupakan objek sasarannya atau yang populer
dengan sebutan “ilmu tentang ilmu”. Maka peran filsafat ilmu dalam kerangka
keseluruhan program studi Teknologi Pendidikan adalah sebagai landasan, pijakan,
dasar dalam memahami, menelusuri, mengkaji segala kerangka program studi
Teknologi Pendidikan sehingga dapat melahirkan ilmuwan dan profesional yang
dapat berdedikasi secara nasional khususnya maupun internasional umumnya.
Soal
:
2. Filsafat
membahas dua objek kajian pokok, formal dan material. Bagaimana memaknai dua
kajian tersebut ! jawaban dengan contoh akan lebih mengklarifikasi jawaban
saudara ! (nilai 20)
Jawab :
Filsafat dari objek formal :
Objek
formal filsafat, yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum sehingga
dapat mencapai hakikat dari objek materialnya (Lasiyo dan Yuwono,
1985, hlm. 6).
Filsafat dari objek material: menurut H.A Dardiri
berpendapat, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan’. Kemudian,
apakah gerangan segala sesuatu yang ada itu?
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu
1. Ada yang bersifat
umum, dan
2. Ada yang bersifat
khusus
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontologi. Adapun
ada yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada yang mutlak, dan ada yang tidak
mutlak. Ilmu yang menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang menyelidiki
manusia disebut antropologi metafisik (H.A. Dardiri, 1986, hlm. 13-14)
Dari dua makna mengenai dua kajian objek formal dan material pada filsafat tersebut yaitu : kedua
objek filsafat ilmu tersebut menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian
filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain
filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu
Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat
ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan
pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi,
dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan
oleh para ahli.
Contohnya : Persoalan-persoalan
umum (implikasi dari obyek material dan obyek formal) yang ditemukan dalam
bidang ilmu antara lain sebagai berikut:
·
Sejauh mana
batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang masing-masing ilmu khusus
itu?
·
Dari mana ilmu khusus
itu dimulai dan sampai mana harus berhenti?
·
Dimanakah
sesungguhnya tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang melingkupinya?
·
Metode-metode yang
dipakai ilmu tersebut berlakunya sampai dimana?
·
Apakah persoalan kawalitas
(hubungan sebab-akibat yang berlaku dalam ilmu kedalaman juga berlaku juga bagi
ilmu-ilmu sosial maupun humaniora.
è Objek Material:
Tuhan
Objek Formal
: Zat
yang terdiri
dari: Sifat, Af’al / perbuatan
mencipta/memelihara.
è Objek Material:
Manusia
Objek Formal
: yang terdiri dari :
·
Prilaku : baik-buruk
·
Hasil Karya: budaya culture
·
Peristiwa yang dialami
·
Pengtahuan
Soal
:
3.
(nilai 30)
a) Jelaskan
makna ilmu, bagaimanakah perkembangan suatu jenis pengetahuan menjadi ilmu,
berikan contoh!
Jawab :
·
Pengetahuan ilmu atau ilmu (bah. Inggris Science dan Latin
Scientia yang diturunkan dari kata scire), memiliki makna ganda, yaitu :
mengetahui (to know), dan
belajar (to learn). Sisi pertama to know menunjuk pada aspek statis ilmu, yaitu
sebagai hasil, berupa pengetahuan sistematis. Sisi kedua menunjuk pada hakikat
dinamis ilmu, sebagai sebuah proses (aktivitas-metodis). Sisi kedua tersebut
hendak menunjukkan bahwa ilmu sebagai aktifitas pembelajaran, bukanlah sebuah
aktifitas menunggu secara pasif, melainkan merupakan sebuah usaha secara aktif
untuk menggali, mencari, mengejar, atau menyelidiki sampai pengetahuan itu
diperoleh secara utuh, obyektif, valid, dan sistematis.
·
(Prof. Dr. Mulyadi
Eko Purnomo,M.Pd dan Dr.Riswan Jaenuddin, M.Pd Pertemuan 09 September 2013)
Perkembangan
suatu jenis pengetahuan
menjadi ilmu: Pengetahuan à Knowlage à Ilmiah à Ilmu
Jadi
perkembangan pengetahuan menjadi ilmu karena pengetahuan berkembang melalui
sarana apa yang ada dalam pengetahuan yang ada pada diri manusia dan sejarah
atau history pada manusia yang dijadikan ilmu oleh manusia itu sendiri.
·
Contohnya : manusia berfikir tentang pengetahuan, dari
pengetahuan yang manusia inginkan manusia mencari mengenali terlebih dahulu apa
yang akan ia cari tentang pengetahuan, kebenaran dari pengetahuan tersebut
melalui apa yang pertama harus dilakukan, cara yang akan dilakukan, teknik dan
metodenya, selanjutnya sarana yang akan membantu untuk mendapatkan pengetahuan
yang yang akan manusia tersebut gunakan. Sehingga pengetahuan yang di cari
kebenarannya dan didapatkan satu keseimpulan disanalah ilmu itu berada.
b) Tidak
semua pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmiah. Sependapatkah saudara
dengan pernyataan tersebut. Berikan penjelasan !
Jawab :
Iya saya sependapat Tidak
semua pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmiah karena kita terlebih dahulu harus mengkaji pengetahuan
manusia dapat dikategorikan sebagai ilmiah atau
tidaknya melalui bagaimana hakikat kebenaran pengetahuan manusia dalam kajian
ilmiah. Kebenaran teori itu bisa dikaji melalui rasionalisme, empirisime / positifisme,
kreatifisme. Secara lebih tuntas dapat di katakana bahwa sarana berfikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuan sesuai denga
kebenarannya masing-masing.
Contohnya:
Seandainya seseorang berkata kepada kita bahwa dia tahu bagaimana cara bermain
gitar, maka seseorang yang lainnya mungkin bertanya, apakah pengetahuan anda
itu merupakan ilmu? Tentu saja dengan mudah ia menjawab bahwa pengetahuan
bermain gitar itu bukan ilmu, melainkan seni. Kemeny (1959:10) berkata : sering
kita melakukan rasionalisasi untuk membela kekurangan kita, atau bahkan
konpensasi dengan kata-kata yang muluk untuk menutupi ketidak tahuan.
Soal
:
4. Dalam
pembentukan suatu argumen atau hasil pemikiran/penalaran yang logis diperlukan
logika berfikir, baik deduktif maupun induktif. Jelaskan dan berikan contoh
penggunaan logika dalam berfikir tersebut. (nilai 20)
Jawab :
Logika induktif erat
hubungannya dengan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang
bersifat umum.
Contoh pernyataan yang
bersifat induktif : semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai
mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata.
sedangkan deduktif
kesimpulan didapat dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat
individual.
Contoh pernyataan yang
bersifat deduktif:
Semua
makhluk mempunyai mata (premis mayor)
Si Polan adalah seorang
makhluk (premis minor)
Jadi Si Polan mempunyai
mata.
Kesimpulan yang diambil
bahwa Si Polan mempunyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab
kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pernyataan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
itu salah, meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulan
adalah tidak sah dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung
dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan
keabsahan mengambil kesimpulan (Suryasumantri, 1990:49).
0 komentar:
Posting Komentar