SOAL
DAN JAWABAN UAS FILSAFAT ILMU
SEMESTER GANJIL 2013/2014
Oleh
CHAYA
PEBIYANA
06032681318062
Dosen
Pengampu:
1. Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd.
2. Dr. Riswan Jaenudin,
M.Pd.
PROGRAM STUDI MAGISTER
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
PROGRAM PASCASARJANA FKIP
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UJIAN AKHIR SEMESTER
Nama :
Chaya Pebiyana
NIM :06032681318062
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Program Studi : Magister Teknologi Pendidikan
Hari, Tanggal : Senin, 23 Desember 2013
Dosen Penguji :
Soal
1.
(Nilai 25)
Agar pengetahuan
menjadi ilmu (pengetahuan ilmiah) diperlukan adanya sarana ilmiah (sarana
pengembang ilmu) dan menggunakan metode ilmiah. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan sarana ilmiah dan bagaimana peran sarana ilmiah tersebut dalam berfikir
ilmiah menggunakan metode ilmiah?
Jawaban:
Sarana Ilmiah
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Dalam
proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi
tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu : (Jujun sumantri, 1990:165)
1.1 Sarana
ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah
penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir
ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara
lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam
mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
1.2 Tujuan
mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan
metode ilmiah.
Untuk dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka kita membutuhkan sarana yang berupa Bahasa
(γλώσσα), Logika (λογική), Matematika (μαθηματικά), dan Statistika
(στατιστική). Bahasa, dalam hal ini merupakan alat komunikasi verbal,
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah, dimana bahasa merupakan
"alat berpikir" dan "alat komunikasi" untuk menyampaikan
suatu jalan pikiran kepada orang lain) Ditinjau dari pola berpikirnya (mindset),
maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Untuk itu, maka sudah barang tentu penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada
proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika, mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses berpikir deduktif ini.
Sedangkan Statistika, juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir
induktif.
Bagaimana
peran ilmiah dalam berfikir ilmiah? Sarana berfikir ilmiah merupakan alat dari
cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan
metode ilmiah, secara lebih sederhana sarana berfikir ilmiah merupakan alat
bagi metode ilmiah untuk melaksanakan fungsi yang lebih baik meliputi:
PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR ILMIAH
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun
Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang
yang membentuk makna. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan
bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan pada bunyi, lambang,
sistematika, komunikasi.
PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih
baik diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana
tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat.
Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika
adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Statistika mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan
cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan
secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut,
yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin
besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan
sebaliknya.
Soal
2.
(Nilai
15)
Salah satu
bahasan filsafat adalah kebenaran. Banyak teori yang membahas mengenai
kebenaran. Tuliskan dua teori kebenaran, uraikan satu persatu dan bandingkan
antara keduanya.
Jawab:
Teori Kebenaran: adalah satu nilai utama
di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani
manusia, artinya sifat manusiawi
atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu
kebenaran terhadap
pertanyaan itu bermacam-macam, tergantung pada kriteria untuk menentukan
kebenaran. Dilihat
dari kriteria ini muncullah berbagai teori kebenaran. Di dalam epistemologi ada
beberapa teori kebenaran yang dominan yaitu:
Uraian dan bandingan teori kebenaran:
Teori Koherensi
|
Teori Korespondensi
|
Menurut teori ini kebenaran adalah
keruntutan pernyataan.
|
Kebenaran adalah kesesuaian
antara pernyataan dengan kenyataan.
|
Pernyataan-pernyataan dikatakan
benar apabila ada keruntutan di dalamnya, artinya pernyataan satu tidak
bertentangan secara logika dengan pernyataan2 yang lain.
|
Sesuatu pernyataan dikatakan
benar apabila ada bukti empiris yang mendukungnya.
|
Contoh 1:
Semua segitiga mempunyai sudut
yang berjumlah 180°
Penggaris ini berbentuk
segitiga
Jadi, jumlah sudut penggaris
ini 180 °
Contoh 2:
Semua manusia membutuhkan air
Rudi adalah seorang manusia
Jadi, Rudi membutuhkan air
|
Contoh :
Semua besi bila dipanaskan akan
memuai.
Jakarta adalah ibukota negara
RI
Pancasila adalah dasar negara
RI
Orang Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa
Sebagian besar mahasiswa FIP adalah
perempuan.
|
Soal
3.
(Nilai
15)
Tuliskan pendapat Anda tentang aksiologi
yang merupakan bagian dari filsafat ilmu.
Jawab:
Aksiologi yaitu tingkahlaku atau
perbuatan manusia baik atau buruk yang bisa di nilai yang mengacu pada permasalahan
etika dan estetika. Aksiologi pada dasarnya memiliki batasan-batasan nilai dari
manfaat ilmu (Batasan disini contohnya: Apa kajian ilmu itu? Jadi filsifat )
Aksiologi dilihat sebagai cabang
filsafat ilmu contohnya : nilai / manfaat / fungsi dari ilmu à seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang
atau tidak senang.
Soal
4.
(Nilai
20)
Kemukakan pendapat Anda
tentang moralitas,
ideologi, jati diri , dan pembentukan/pengembangan karakter
bangsa dikaitkan dengan aksiologi ilmu?
Jawab:
moralitas adalah suatu
ketentuan-ketentuan kesusilaan yang mengikat perilaku sosial manusia untuk
terwujudnya dinamisasi kehidupan di dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan
berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya moral
diterangkan berdasarkan akal sehat yang objektif.
Ideologi adalah kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.
Jati
diri adalah siapa diri kita sesungguhnya, fitrah manusia, atau juga nur Ilahi
yang berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan
percikan-percikan sifat Ilahiah dalam batas kemampuan insani diberikan sewaktu
lahir. Ini tentunya merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuh kembangkan selama persyaratannya
dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah hati yang bersih dan sehat.
Karakter bangsa berkaitan dengan nilai-nilai spiritual,
hubungan antar individu, kelompok maupun Negara. Ia diidentikkan dengan suatu
nilai positif yang mempengaruhi sikap dan perilaku, menjadi landasan berpikir
bahkan idealisme seseorang. Pembentukan karakter menjadi kebutuhan mendesak
mengingat perkembangan zaman yang begitu cepat. Hal ini memungkinkan masyarakat
menjadi tidak siap secara mental, sehingga dapat dengan mudah terprovokasi dan
akhirnya melakukan tindakan-tindakan negatif seperti kekerasan.
Perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama dapat dikatakan sebagai :
4.1 Filsafat menyelidik,
membaca serta memikiran seluruh alam kenyataan dan menyelidik bagaimanan
hubungan satu sama lainnya. Sedangkan ilmu lain menyelidiki hanya sebagian saja
dari alam.
4.2 Filsafat tidak saja
menyelidiki tentang sebab akibat tetapi menyelidiki hakikatnya sedangkan ilmu
lain tidak membahas tentang sebab akibat (peristiwa).
4.3 Filsafat dalam pembahasannya
apa ia sebenarnya darimana asalnya dan hendak kemana perginya sedangkan ilmu
lain harus menjawab bagaimana dan apa sebabnya.
Ilmu bersifat deskriptif tentang
obyeknya agar dapat menemukan fakta-fakta, teknik-teknik dan alat-alat.
Filsafat tidak hanya melukiskan sesuatu, melainkan membantu manusia untuk
mengambil keputusan tentang tujuan, nilai dan tentang apa yang harus diperbuat
manusia. Filsafat tidak netral, karena faktor-faktor obyektif memegang peranan
yang penting dalam berfilsafat. Ilmu bersifat analitis, ilmu pengetahuan hanya
menggarap salah satu lapangan pengetahuan sebagai obyek formalnya. Sedangkan
filsafat belajar dari ilmu pengetahuan dengan menekankan keseluruhan dari
sesuatu (sinoptis), karena keseluruhan mempunyai sifat sendiri yang tidak ada
pada bagian-bagiannya.
Dari penjelasan tentang moralitas, ideologi, jati diri dan pembentukan/pengembangan karakter
bangsa maka perbandingan dengan aksiologi yaitu:
Semakin cerdas penalaran otak maka makin pandai
kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita.
Begitupun dengan penalaran , jika manusia memiliki penalaran tinggi maka makin
berbudi manusia itu. Sebab moral mereka dilandasi analisis yang hakiki. Kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut
berbagai bidang kehidupan manusia diberikan sewaktu lahir. Ini tentunya
merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuh kembangkan selama
persyaratannya dipenuhi. dengan suatu nilai positif yang mempengaruhi sikap dan perilaku,
menjadi landasan berpikir bahkan idealisme seseorang. Pembentukan karakter
menjadi kebutuhan mendesak mengingat perkembangan zaman yang begitu cepat. Hal
ini memungkinkan masyarakat menjadi tidak siap secara mental, sehingga dapat dengan
mudah terprovokasi dan akhirnya melakukan tindakan-tindakan negatif seperti
kekerasan.
Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan
dalam bidang nilai, manfaat, fungsi dari cabang aksiologi maka kebutuhan
manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah disamping penciptaan
berbagai kemudahan dalam bidang-bidang seperti kesehatan, pengangkutan,
pemukiman, pendidikan dan komunikasi.
Soal
5.
(Nilai
25)
Salah satu bahasan
filsafat ilmu adalah aliran/mazhab filsafat ilmu. Pilih dua aliran/mazhab filsafat ilmu. Jelaskan masing-masing dan bandingkan antara keduanya,
serta bagaimana implikasinya terhadap pendidikan !
Jawab:
Filsafat
merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
kritis atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
junjung tinggi.
5.1 Pendidikan
Menurut Herman H. Horne sebagaimana dikutip pendapatnya
oleh Muzayyin Arifin mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses
penyesuaian drii manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan
manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran
dan tubuh anak. Bagian – bagian itu tidak boleh terpisahkan agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak yang kita didik
sesuai dengan dunianya dan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi – tingginya (Epstain, Miran, Introduction
to The Philosophy of Science, An Article: 2011 hal. 10-11).
5.2 Filsafat pendidikan
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah
dikemukakan para ahli. Menurut Al-Syaibany, filsafat pendidikan adalah
aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat
pendidikan dapat menjelaskan nilai – nilai dan maklumat – maklumat yang
diupayakan untuk mencapainya.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai
kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek – aspek
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip –
prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya
memecahkan persoalan – persoalan pendidikan secara praktis.
5.3 Dua aliran/mazhab
filsafat ilmu.
Aliran Pragmatisme
Pragmatisme
adalah aliran filsafat
yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang
bermanfaat secara praktis (Harun Hadiwijono. 1980.
Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. 130-131.).Dengan
demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu (Adi Armin. 2003. Richard Rorty. Jakarta:Teraju. 20-28,
96.)
Dasar dari pragmatisme adalah logika
pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia
dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu
sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi
dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide
menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian,
filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat
Barat di dalam sejarah
(Adi Armin. 2003. Richard Rorty. Jakarta:Teraju.
20-28, 96.)
Jadi Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya
menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali
tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna
bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat
yang kedua. Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan
walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga
patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1) menolak segala
intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan logika formal.
Aliran
Progresivisme
Progressivisme merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika
Serikat sekitar abad ke-20. John S. Brubaeher, mengatakan bahwa filsafat
progressivisme bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang di perkenalkan
oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1885 1952), yang menitikberatkan
pada segi manfaat bagi hidup praktis. Didalam banyak hal progresivisme identik
dengan pragmatism dimana filsafat progresivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar
filsafat pragmatisme yang telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama
yaitu manusia dalam hidupnya untuk terus survive (mempertahankan hidupnya)
terhadap semua tantangan, dan pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
Filsafat progresivisme menempatkan manusia sebagai makhluk biologis
yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagai pelaku (subyek)
di dalam hidupnya serta tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak
absolutisme dan otoriterisme dalam segala bentuknya. Nilai-nilai yang dianut
bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan, sebagaimana dikembangkan oleh
lmanuel Kant, salah seorang penyumbang pemikir pragmatisme-progresivisme yang
meletakkan dasar dengan penghormatan yang bebas atas martabat manusia dan
martabat pribadi. Maka dari itu filsafat progresivisme menjunjung tinggi hak
asasi individu dan menjunjung tinggi akan nilai demokratis.
5.4 Implikasinya terhadap pendidikan
Filsuf
paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang
bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan
pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan
yang baik. Sedangkan Aliran Progressivisme
ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam
pembaharuan pendidikan yang didorong oleh aliran naturalisme dan
experimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga
penyebutan nama progressivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran
tersebut. Progressivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan
pengertian "the liberal road to cultural" yakni liberal dimaksudkan
sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta
ingin mengetahui dan
menyelidiki demi pengembangan pengalaman
Jadi kedua aliran pragmatisme dan aliran progresifisme dalam implikasi
pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi dari
pengalaman-pengalamankearah kehidupan yang lebih baik, karena bersifat
fleksibel dari pengembangan pengalaman yang didapat sehingga perubahan dalam
pendidikan sangat perpengaruh untuk kemajuan yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar