MAKALAH
EVALUASI FORMATIF
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Sistem Pembelajaran
Senin, 24 Maret 2014
Oleh:
Chaya Pebiyana
NIM. 06032681318062
Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
2. Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc.
3. Dr. L. R. Retno Susanti, M.Hum.
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
EVALUASI FORMATIF
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memberikan hasil yang optimal
maka dalam melakukan evaluasi bahan ajar diperlukan pendekatan yang
sistematis dan terencana. Idealnya, evaluasi dilakukan untuk semua aspek
yang menyangkut kualitas bahan ajar cetak (materi, biaya, dan
distribusi). Meskipun demikian , adakalanya kita tidak dapat melakukan
evaluasi yang lengkap karena alasan kebutuhan atau kendala lain.
Alasan-alasan ini yang menyebabkan
dikembangkan beragam format alat bantu dalam evaluasi.
Setiap format evaluasi memiliki fokus
utama yang disesuaikan dengan alasan dilakukannya evaluasi. Di samping itu,
format evaluasi juga dikembangkan dengan memperhatikan media bahan ajar yang
dievaluasi. Format untuk bahan ajar cetak tentu memiliki perbedaan dengan
format yang digunakan untuk mengevaluasi bahan ajar noncetak. Format yang
berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Hasil yang berbeda bukan berarti
format yang satu lebih baik dari format yang lain. Yang lebih perlu
diperhatikan adalah tindak lanjut dari hasil evaluasi yang kita lakukan.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang
akan dirumuskan pada makalah ini yaitu:
a. Pengertian evaluasi formatif
b. Empat tahap
evaluasi formatif ?
c. Komponen yang perlu diperhatikan dalam merencanakan evaluasi formatif
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui evaluasi formatif
b. Untuk mengetahui dan menerapkan empat tahap evaluasi formatif.
c. Untuk komponen yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan evaluasi formatif
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Evaluasi Formatif
Evaluasi
formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan
informasi untuk dijaclikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka
meningkatkan kualitas produk atau program instruksional (Suparman, 2010: 276).
Evaluasi formatif
haruslah dilakukan untuk mencari dan menentukan hal-hal yang masih
harus ditingkatkan atau direvisi agar produktersbeut lebih efektif dan efisien.
Formatif adalah fungsi evaluasi untuk memberikan informasi dan
pertimbangan yang berkenaan dengan upaya
untuk memperbaiki suatu pembelajaran dalam proses pengembangan atau
belum selesai (Purwanto, dkk., 2007: 172). Evaluasi formatif dilakukan selama
proses pembuatan bahan ajar berlangsung
untuk melihat keefektifan dan keefisienan bahan ajar ketika akan
digunakan kepada siswa.
Fungsi formatif
suatu evaluasi hanya dapat dilaksanakan ketika evaluasi itu
berkenaan dengan proses dan bukan berfokus pada
hasil. Evaluasi formatif menjadi bagian penting proses pengembangan bahan
instruksional, hal ini berfungsi untuk menginformasikan kepada pengembang
instruksional, seberapa besar bahan instruksional disajikan sesuai tujuan pembelajaran. Evaluasi formatif lebih
berguna ketika dilakukan selama pembuatan dan uji coba. Dapat dilakukan
ketika proses (Purwanto, dkk., 2007: 172).
Jika bahan ajar
berisikan kelemahan, hal ini akan dapat diidentifikasi dan dieliminasi sebelum penerapan keseluruhan. Hasil
tes dari pengguna bahan ajar, ahli pengembang instruksional, dan ahli materi
pelajaran, dan saran-saran dari kolega dapat menjadi indikator kekurangan dalam
sekuen, prosedur, atau material pembelajaran. Evaluasi formatif adalah kontrol
mutu dari proses pembuatan bahan ajar.
Orang
yang pertama kali menilai bahan instruksional adalah pengembang bahan
instruksional itu sendiri, yaitu orang yang menulis dan mereka yang bertindak
sebagai pengkaji atau reviewer. Merekalah
yang dianggap paling tabu mengenai kekuatan clan kelemahan dari bahan
instruksional yang mereka kembangkan (Purwanto, dkk., 2007: 173).
Penilaian
bahan instruksional secara formatif bersifat korektif artinya berusaha
menemukan berbagai kesalahan, kelemahan, clan kekurangan yang ada untuk segera diadakan penyempurnaan, koreksi, dan perbaikan. Penilaian bahan
instruksional secara formatif dilakukan ketika bahan instruTs-1onaImasih
dalam tahap pengembangan. Penilaian bahan instruksional secara formatif
dilakukan ketika masih belum diterbitkan (Purwanto, dkk., 2007: 173).
2.2. Empat Tahap Evaluasi Formatif
Idealnya, pengembang instruksional melakukan empat tahap evaluasi formatif,
yaitu oleh ahli bidang studi di luar tim pengembang instruksional, evaluasi
satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil dan uji coba
lapangan.
a. Reviu
Oleh Ahli Bidang Studi
Reviu oleh ahli
bidang studi di luar pengembang instruksional penting artinya untuk mempermudah
pendapat orang lain, sesame ahli dalam bidang studi, khususnya tentang
ketepatan isi atau materi produk instruksional tersebut. Di samping itu,
dilakukan pula reviu ahli desain fisik dan ahli media lain. Masukan dari
para ahli lain ini perlu segera digunakan untuk merevisi produk instruksional
tersebut.
Masukan yang diharapkan dari ahli lain adalah:
- Kebenaran isi atau materi menurut bidang ilmunya dan relevansinya dengan tujuan instruksional;
- Ketepatan perumusan TIU;
- Relevansi TIK dengan TIU;
- Ketepatan perumusan TIK;
- Relevansi tes dengan tujuan instruksional;
- Kualitas teknis penulisan tes;
- Relevansi strategi instruksional dengan tujuan instruksional;
- Relevansi produk atau bahan instruksional dengan tes dan tujuan instruksioal;
- Kualitas teknis produk instruksional.
Reviu oleh ahli lain ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1.
Tim pengembang instruksional mengundang beberapa ahli
di luar pengembang instruksional yang terdiri atas:
a) 1-3 orang ahli
bidang studi;
b) 1-3 orang ahli
pengembnag instruksional lain;
c) 1-3 orang ahli
produksi media.
2.
Tim menjelaskan proses yang telah dilaksanakan dalam
mengembangkan bahan instruksional tersebut kepada para ahli yang
diundang.
3.
Meminta komentar tentang kualitas bahan instruksional
tersebut dari sudut pandangan keahlian masing-masing. Komentar ini dapat
diperoleh dengan salah satu cara sebagai berikut:
a)
Memeberikan kuesioner untuk diisi;
b)
Wawancara;
c)
Diskusi terbuka dengan membahas kualitas bahan
instruksional secara bersamaan antara seluruh ahli yang diundang dengan seluruh
anggota tim pengembang instruksional.
Kegiatan reviu tersebut di atas menuntut keterbukaan setiap anggota tim
pengembang intruksional dengan sikap menerima semua komentar walaupun mungkin
tidak relevan. Selama kegiatan reviu tersebut setiap anggota tim
pengembang hanya dapat meminta kejelasan tentang pendapat ahli lain apabila
pendapat tersebut dirasa belum jelas atau dianggap kurang benar. Sikap untuk
menolak atau menerimanya harus ditentukan oleh tim setelah selesai kegiatan reviu
tersebut.
Dengan perkataan lain, kesabaran, ketekunan mendengarkan, dan mencatat komentar
ahli lain merupakan kunci keberhasilan kegiatan reviu tersebut. Hasil kegiatan
reviu tersebut dianalisis dan disimpulkan untuk kemudian digunakan dalam
merivisi produk instruksional tersebut.
b. Evaluasi
Satu-Satu
Evaluasi satu-satu dilakukan antara pengembang
instruksional dengan dua atau tiga mahasiswa secara individual. Mahasiswa yang
dipilih adalah yang mempunyai cirri-ciri seperti populasi sasaran. Ketiga
mahaiswa tersebut berasal dari mahasiswa yang mempunyai kemampuan sedang, di
atas sedang, dan di bawah sedang. Maksud evaluasi ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang secara nyata terdapat
dalam bahan instruksional. Disamping itu evaluasi ini dimaksudkan untuk
mendapatkan komentar dari mahasiswa tentang isi pelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan evaluasi
satu-satu adalah sebagai berikut:
- Pengembang instruksional menjelaskan maksud evaluasi tersebut kepada mahasiswa, yaitu mendapatkan komentarnya terhadap bahan-bahan instruksional yang baru saja selesai dikembangkan.
- Pengembang instruksional mendorong mahasiswa untuk mengikuti kegiatan instruksional sebaik-baiknya dalam waktu yang telah ditentukan. Bila yang dievaluasi berupa bahan belajar mandiri atau PBS, pengembang instruksional mengajak mahasiswa membaca bahan belajar tersebut bersamanya dan mendiskusikan pengertiannya.
- Pada akhir pelajaran mahasiswa diberi tes.
- Pengembang instruksional mendorong mahasiswa untuk memberikan komentar dengan leluasa tentang kegiatan instruksional yang diikutinya, terutama isi pelajaran atau bahan instruksional dan tes. Keterampilan pengembang instruksional dalam berinteraksi atau wawancara dengan mahasiswa akan menentukan kualitas informasi yang diperolehnya. Pengembang instruksional harus menempatkan diri dan bersikap untuk berusaha memahami komentar mahasiswa tentang bahan instruksional yang telah diproduksinya tanpa merasa tersinggung, apalagi mencoba mempertahankannya. Tanpa sikap positif seperti itu usaha evaluasi akan sia-sia.
- Pengembang instruksional mencatat komentar mahasiswa dan menyimpulkan implikasinya terhadap perbaikan kegiatan instruksional secara keseluruhan termasuk terhadap bahan instruksional.
Hasil evaluasi satu-satu ini langsung digunakan
untuk merevisi kegiatan instruksional termasuk bahan instruksional.
c. Evaluasi
Kelompok Kecil
Setelah direvisi berdasarkan masukan evaluasi
satu-satu, produk instruksional tersebut dievaluasi lagi dengan menggunakan
sekelompok kecil mahasiswa yang terdiri atas 8-12 orang. Kelompok kecil
mahasiswa ini harus representative untuk mewakili populasi sasaran yang
sebenarnya. Diantara mereka tidak termasuk tiga orang mahasiswa yang telah ikut
dalam evaluasi satu-satu. Maksud evaluasi kelompok kecil ini adalah
mengidentifikasi kekurangan kegiatan instruksional setelah direvisi berdasarkan
evaluasi satu-satu. Masukan yang diharapkan bukan saja tentang bahan
instruksional, melainkan juga proses instruksional.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pengembang
instruksional adalah:
- Mengumpulkan mahasiswa yang menjadi sampel di suatu ruangan dan menjelaskan maksud evaluasi ini, yaitu untuk mendapatkan umpan balik dalam rangka merevisi produk instruksional tersebut.
- Menjelaskan kegiatan instruksional yang akan dilakukan dan mendorong mahasiswa untuk memberi komentar dengan leluasa setiap saat, selama kegiatan tersebut berlangsung, tentang kualitas produk instruksional, baik yang menyangkut bahan instruksional maupun proses instruksionalnya.
- Melaksanakan kegiatan instruksional yang diproduksi dan telah direvisi berdasarkan hasil reviu dan evaluasi satu-satu.
- Mencatat komentar mahasiswa terhadap proses dan bahan instruksional termasuk komentar terhadap tes yang digunakan.
- Melakukan interviu dan mengajukan kuesioner kepada beberapa mahasiswa untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang:
- Seberapa mudah mahasiswa memahami pelajaran yang baru lalu?
- Apakah kegiatan instruksional itu menarik dan sistematis?
- Bagian mana dari pelajaran tersebut yang sulit dipahami dan mengapa?
- Butir tes yang mana yang tidak relevan dengan materi yang disajikan?
Bila informasi
yang diperoleh memberikan petunjuk tentang sangat banyaknya kekurangan produk
instruksional yang dievaluasi, pengembang instruksional tidak boleh kecewa atau
cenderung membuang produk tersebut. Evaluasi formatif tersebut memang bermaksud
untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan produk instruksional, bukan untuk
mendapatkan informasi yang mengenakkan telinga saja atau sengaja hanya mencari
kebaikannya. Sebaliknya, pengembang instruksional harus bergembira mendapatkan
informasi tentang kelemahan produk instruksionalnya, karena ia mempunyai dasar
untuk memperbaikinya. Pengembang instruksional harus sadar benar bahwa produk
instruksional yang terbaik pun masih dapat ditingkatkan kualitasnya.
6. Menggunakan
hasil evaluasi kelompok kecil untuk merevisi produk instrukional.
d. Uji Coba
Lapangan
Setelah direvisi berdasarkan masukan evaluasi
kelompok kecil, produk instruksional tersebut diujicobakan di lapangan sebagai
tahap keempat atau tahap akhir dalam evaluasi formatif. Maksud uji coba
lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan produk instruksional
tersebut bila digunakan di dalam kondisi yang mirip dengan kondisi pada saat
produk tersebut digunakan dalam dunia sebenarnya. Produk itu sendiri,
lingkungan pelaksanaan, dan pelaksana uji coba harus dibuat semirip mungkin
dengan keadaan pada waktu digunakan oleh populasi sasaran nanti. Inilah salah
satu letak perbedaan secara mendasar antara uji coba lapangan ini dan tahap
evaluasi formatif sebelumnya.
Jumlah mahasiswa yang menjadi sampel dalam uji
coba lapangan ini lebih besar dari jumlah mahasiswa yang berpartisipasi dalam
evaluasi kelompok kecil. Jumlah sekitar 15-30 orang mahasiswa sudah dianggap
cukup sepanjang telah mempunyai cirri yang sama atau mirip dengan populasi
sasaran.
Uji coba lapangan ini dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut:
- Menentukan sampel yang akan digunakan sebanyak 15-30 orang mahasiswa.
- Mempersiapkan lingkungan, fasilitas, dan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan strategi instruksional dan bentuk kegiatan instruksional yang telah ditentukan, yaitu belajar mandiri, pengajaran konvensional, atau PBS.
- Melaksanakan kegiatan instruksional sesuai dengan bahan instruksional dan bentuk kegiatan instruksional.
- Mengumpulkan data tentang kualitas proses instruksional dan bahan instruksional termasuk bahan ajar, pedoman mahasiswa, dan tes. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan memberikan kuesioner, interviu, dengan mahasiswa atau kombinasi keduanya. Di samping itu, pengembang instruksional mengumpulkan data dengan mengobservasi proses kegiatan mahasiswa dan keadaan lingkungan kegiatan instruksional tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kekurangsesuaiannya dengan strategi intruksional yang telah diterapkan.
- Menyelenggarakan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui efektivitas kegiatan instruksional tersebut. Hasil tes ini tidak digunakan untuk menentukan terus digunakan atau dibatalkannya penggunaan produk instruksional tersebut, tetapi untuk mengetahui seberapa besar lagi usaha yang harus dilakukan pengembang instruksional untuk meningkatkan kualitasnya.
Berikut ini contoh instrumen Evaluasi
Formatif:
Empat tahap evaluasi formatif terdiri dari reviu
oleh ahli bidang studi di luar tim pengembang instruksional, evaluasi satu-satu
(one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil, dan uji coba lapangan.
1. Reviu oleh ahli bidang
studi di luar pengembang instruksional penting artinya untuk mempermudah
penclapat orang lain, sesama ahli dalam bidang studi, khususnya tentang
ketepatan isi atau materi produk instruksional tersebut. Di samping itu,
dilakukan pula reviu ahli desain fisik dan ahli media lain. Masukan dari
para ahli lain ini perlu segera digunakan
untuk merevisi produk instruksional tersebut. Jumlah untuk ahli dalam bidang studi, ahli pengembang instruksional
lain, dan ahli produksi media ada sebanyak 1-3 orang (Suparman, 2010:
276-277).
Misalnya
contoh bahan ajar mata pelajaran IPS kelas VI SD. Reviu oleh ahli bidang studi di luar pengembang instruksional untuk hal ini terdiri
dari: 1 orang teman sejawat yaitu guru mata
pelajaran IPS kelas VI SD; 1 orang ahli pengembang instruksional; dan 1
orang ahli produksi media yang memiliki kompetensi dalam bidang desain bahan
ajar.
Instrumen
Teknik Semantik Diferensial
(untuk 1 orang teman sejawat yaitu guru mats pelajaran)
(untuk 1 orang teman sejawat yaitu guru mats pelajaran)
Judul
Bahan Ajar :.........................
Mata Pelajaran :.........................
Penulis :.........................
Evaluator :.........................
Tanggal :.........................
Petunjuk
Pengisian
Berilah
tanda check (V) pads kolom yang
paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak
baik/sesuai
2 = kurang
sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No.
|
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
KELAYAKAN ISI
|
||||||
1
|
Kesesuaian dengan SK-KD-Indikator
|
|||||
2
|
Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
|
|||||
3
|
Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
|
|||||
4
|
Kebenaran substansi materi
|
|||||
5
|
Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan
|
|||||
6
|
Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial
|
|||||
KEBAHASAAN
|
||||||
7
|
Keterbacaan
|
|||||
8
|
Kejelasan informasi
|
|||||
9
|
Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia
|
|||||
10
|
Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
|
|||||
SAJIAN
|
||||||
11
|
Kejelasan tujuan
|
|||||
12
|
Urutan penyajian
|
|||||
13
|
Pemberian motivasi
|
|||||
14
|
Interaktivitas (stimulus dan respons)
|
|||||
15
|
Kelengkapan informasi
|
|||||
KEGRAFISAN
|
||||||
16
|
Penggunaan font (jenis dan ukuran)
|
|||||
17
|
Layout, tata letak
|
|||||
18
|
Ilustrasi, grafis, gambar, foto
|
|||||
19
|
Desain tampilan
|
Tuliskan
komentar yang Anda ingin berikan, yang belum termuat pada komponen di atas.
Sumber: http://www.scribd.com/doc/44401095/lnstrumen-Evaluasi-Formatif-Bahan-Aiar
Instrumen
wawancara (untuk 1 orang ahli pengembang instruksional)
Identitas
Judul Bahan Ajar :...........................................................................
Mata Pelajaran :...........................................................................
Penulis :...........................................................................
Evaluator :...........................................................................
Tanggal :...........................................................................
NoO.
|
ASPEK YANG DINILAI
|
PERTANYAANNYA
|
1
|
Kecukupan lsi
|
1. Apakah bahan ajar telah
berfungsi memuclahkan siswa mencapai standar
kompetensi, kompetensi dasar, clan indikator
yang diinginkan?
|
2. Apakah uraian disertai contoh clan
ilustrasi?
|
||
3. Sudahkah ada pengulangan untuk materi
esensial clan sulit clan
penegasan lebih rinci, detail,
lengkap, Berta pemberian latihan & tugas?
|
||
2
|
Ketepatan isi
|
1. Apakah bahan ajar telah
disusun sesuai dengan tingkat kemampuan
membaca siswa?
|
2. Apakah bahan ajar menciptakan kondisi yang
konclusif untuk belajar?
|
||
3. Apakah pemilihan kata, konteksnya tepat
dengan tingkat kemampuan
siswa?
|
||
3
|
Kemenarikan isi
|
1. Apakah bahan ajar, isinya
mampu menarik perhatian clan minat siswa
untuk mempelajarinya?
|
2. Apakah isi bahan ajar menarik karena
mutakhir?
|
||
4
|
Kualitas keseluruhan
|
1. Apakah bahan ajar sesuai
dengan siswa yang dituju?
|
2. Apakah bahan ajar sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar,
clan indikator yang diinginkan?
|
||
3. Apakah bahan ajar telah ditulis clan
disajikan dengan balk?
|
Instrumen Wawancara (untuk 1
orang ahli produksi media)
Identitas
Judul
Bahan Ajar :
Mata
Pelajaran :
Penulis :
Evaluator :
Tanggal :
1.
Apakah
tujuan-tujuan khusus (indikator) merupakan penjabaran dan mendukung pencapaian tujuan
umum (kompetensi dasar)?
2.
Apakah
tujuan pembelajaran khusus (indikator) menyebutkan sasaran?
3.
Apakah tujuan pembelajaran khusus (indikator)
menggunakan kata kerja operasional?
4.
Apakah
jumlah tujuan pembelajaran khusus (indikator) memadai untuk satu unit
pembahasan?
5.
Apakah
ada tujuan pembelajaran khusus (indikator) yang perlu dikurangi atau ditarnbah?
6.
Apakah
tujuan pembelajaran khusus (indikator) disusun urutannya?
7.
Apakah
telah dligarnbarkan keduclukan antar tujuan pembelajaran khusus (indikator) (peta
konsepnya)?
8.
Apakah dalam petunjuk belajar telah memuat:
a) pokok materi yang akan dibahas?
b)
perilaku masukan (entry behavior/pre-requisite)?
c) kaitan dengan materi sebelumnya?
d) manfaat mempelajari materi tersebut bagi siswa?
e) aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa? (percobaan, pengamatan,
latihan, dsb.)
9.
Apakah
petunjuk belajar secara umum telah jelas bagi siswa?
10.
Apakah uraian materi yang disajikan sudah benar, tepat dan "up-to-date"?
11.
Apakah uraian materi
telah didukung dengan contoh, analogi, dan ilustrasi yang
tepat?
12.
Apakah telah clibubuhkan keterangan atau "caption"
pada setiap ilustrasi?
13.
Apakah Anda memberikan penomoran?
14.
Apakah
telah digunakan
kalimat sederhana, mudah dipahami, dan
komunikatif?
15.
Apakah
urutan penyajian dan kaitan antarmateri telah tersusun secara logic?Apakah
uraian materi telah dilengkapi dengan latihan?
16.
Apakah materi telah cukup memadai untuk mencapai
tujuan?
17.
Apakah sudah tertulis petunjuk penyelesaian soal
tes?
18.
Apakah soal tes mengukur indikator pencapaian
kompetensi yang akan dicapai?
19.
Apakah soal tes telah mengukur tujuan yang
seharusnya diukur?
20.
Apakah ada kunci tes?
21.
Apakah kunci tes telah sesuai dengan soal?
Sumber: Purwanto, dkk., 2007: 173-175
2.
Evaluasi
satu-satu dilakukan antara pengembang instruksional dengan dua atau tiga siswa
secara individual. Ketiga siswa tersebut berasal dari yang
memiliki kemampuan sedang, di atas sedang, dan di bawah
sedang. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan komentar dari siswa tentang
isi atau materi
pelajaran (Suparman, 2010: 279).
Misalnya
contoh bahan ajar mata pelajaran IPS kelas VI SD. Evaluasi satu-satu dilakukan dengan dua atau tiga siswa secara individual. Dalam
hal ini, dipilih tiga siswa. Ketiga siswa berasal dari
siswa yang mempunyai kemampuan sedang, di atas sedang, clan di bawah sedang
dalam bidang penguasaan materi IPS. Siswa diminta untuk membaca bahan
ajar tersebut dan mendiskusikannya. Dalam evaluasi ini dilakukan tes keterbacaan bahan
ajar dan interviu. Tes keterbacaan bahan ajar diambil dari tiga bab yang ada dalam bahan ajar
tersebut. Kemudian diberikan kepada siswa. Tes keterbacaan
menggunakan teknik rumpang.
Tes cloze test (tes rumpang) yang clikembangkan oleh Taylor (1953)
adalah sejenis tes dalam bentuk wacana dengan sejumlah kata yang dikosongkan
(rumpang) dan pengisi tes diminta mengisi kata-kata yang sesuai di
tempat yang dikosongkan itu (Sitepu, 2006: 131).
Adapun prosedur penyusunan
instrumen penelitian tes rumpang adalah sebagai berikut.
1) Materi diambilkan dari bahan ajar.
2) Memilih teks dalam bahan ajar yang relatif panjang.
3) Kata yang dihilangkan biasanya adalah kata ke-5 dari kalimat atau
paragraf.
4) Jika kata ke-5 dari kalimat adalah tahun, nama kota, nama orang, kata
sambung dan kata ganti,
maka butir soal tes diambil dari kata
sebelum atau sesudahnya. (Sitepu, 2006: 131-132.)
Skor
hasil tes dihitung dari jumlah jawaban yang benar. Sinonim jawaban atau kata
lain yang secara konseptual adalah benar diberi skor 1, sedang yang
salah diberi skor 0. Waktu pelaksanaan tes adalah 30 menit yang dinilai cukup untuk menjawab semua
pertanyaan isian dalam tes. Skor akhir tingkat/keterbacaan
bahan ajar adalah proporsi jawaban benar dikalikan 100%.
Dalam
tes rumpang disarankan agar jumlah kata yang dihapus kurang lebih 50 kata. Bila
n sama dengan 5, maka teks itu akan terdiri atas 250 kata.
Oleh karena itu, teks yang kurang dari 250 kata
kurang sesuai jika diuji dengan teknik cloze. Dengan kata lain, sebuah wacana yang sama yang diberikan
kepada kelompok peserta tes akan berbeda tingkat keterbacaannya jika n-nya
ticlak sama. Tetapi tes rumpang kemungkinan akan sesuai untuk siswa
yang suclah berada pads tahap operasional formal.
Siswa SD masih berada tahap operasional konkret sehingga belum bisa untuk
dilakukan tes rumpang.
3.
Setelah direvisi berdasarkan masukan evaluasi satu-satu,
produk instruksional tersebut dievaluasi lagi dengan menggunakan sekelompok kecil siswa yang terdiri dari 8-12 siswa kelompok kecil representatif untuk
mewakili populasi sasaran yang sebenarnya. Di antara mereka tidak termasuk tiga
siswa yang telah ikut dalam evaluasi satu-satu. Maksud evaluasi ini adalah
mengidentifikasi kekurangan kegiatan instruksional setelah direvisi
berdasarkan evaluasi satu-satu. Masukan yang cliharapkan
bukan saja tentang bahan instruksional, melainkan jugs proses instruksional
(Suparman, 2010: 280).
Misalnya contoh bahan
instruksional mata kuliah Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bahan instruksional dievaluasi lagi kepada sekelompok
kecil yang terdiri dari 8-12 siswa dan tidak termasuk tiga siswa yang dijadikan evaluasi satu-satu. Dilakukan tes keterbacaan
bahan ajar dan teknik semantik diferensial.
EVALUASI
UJI COBA KELOMPOK KECIL
Nama Responder :
Tanggal Evaluasi :
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda check (V) pads
kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 =
sangat baik/sesuai
No
|
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
KECERMATAN
ISI
|
||||||
1
|
Kesesuaian
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
|
|||||
2
|
Kesesuaian
dengan kebutuhan siswa
|
|||||
3
|
Kesesuaian
dengan kebutuhan bahan ajar
|
|||||
4
|
Kebenaran
substansi materi
|
|||||
5
|
Kesesuaian
dengan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu
|
|||||
6
|
Valid
|
|||||
7
|
Mutakhir
|
|||||
KETEPATAN
CAKUPAN ISI
|
||||||
8
|
Keluasan
sesuai dengan tujuan pembelajaran
|
|||||
9
|
Kedalaman
sesuai dengan tujuan pembelajaran
|
|||||
10
|
Keutuhan
konsep
|
|||||
KETERCERNAAN
|
||||||
11
|
Logis
|
|||||
12
|
Runtut
|
|||||
13
|
Cukup
contoh & ilustrasi
|
|||||
14
|
Format
konsisten
|
|||||
15
|
Ada
penjelasan relevansi
|
|||||
16
|
Ada
penjelasan manfaat
|
|||||
PENGGUNAAN BAHASA
|
||||||
17
|
Ragam
bahasa komunikatif
|
|||||
18
|
Kata
singkat dan lugas
|
|||||
19
|
Ada
glosarium
|
|||||
20
|
Kalimat
efektif
|
|||||
21
|
Paragraf
memiliki gagasan utama
|
|||||
22
|
Kalimat-kalimat
dalam paragraf terpadu
|
|||||
23
|
Kalimat-kalimat
dalam paragraf koheren
|
|||||
PERWAJAHAN
|
||||||
24
|
Narasi
tidak terlalu padat
|
|||||
25
|
Ada
bagian kosong
|
|||||
26
|
Kalimat pendek
|
|||||
27
|
Grafik dan gambar bermakna
|
|||||
28
|
Penomoran benar
|
|||||
29
|
Penomoran konsisten
|
|||||
30
|
Huruf menarik
|
|||||
31
|
Huruf tidak membingungkan
|
|||||
32
|
Ada alai bantu di bagian awal, pembahasan , dan akhir
|
|||||
ILUSTRASI
|
||||||
33
|
Ada Ilustrasi
|
|||||
34
|
Ilustrasi menarik
|
|||||
35
|
Ilustrasi komunikatif
|
|||||
KELENGKAPAN KOMPONEN
|
||||||
36
|
Ada uraian
|
|||||
37
|
Ada latihan
|
|||||
38
|
Ada umpan batik
|
|||||
39
|
Ada penguatan
|
Tuliskan komentar yang
Anda ingin berikan, yang belum termuat pads komponen di atas.
Sumber:
http://www.scribd.com/doc/44401095/1nstrumen-EvaIuasi-Formatif-Bahan-Ajar
4. Uji coba lapangan. Setelah direvisi berdasarkan
masukan evaluasi kelompok kecil, produk instruksional tersebut diujicobakan di lapangan sebagai
tahap akhir dari evaluasi formatif. Maksud uji
coba lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan produk instruksional
tersebut bila .digunakan di dalam kondisi
yang mirip dengan kondisi pads saat produk tersebut digunakan dalam dunia
sebenarnya. Jumlah sekitar 15-30 siswa sudah dianggap cukup sepanjang telah
mempunyai ciri yang sama atau mirip dengan populasi sasaran (Suparman,
2010: 282-283).
Berikut ini contoh
instrumennya:
EVALUASI UJI COBA LAPANGAN
Nama Responder :
Tanggal
Evaluasi :
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda check
(V) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No.
|
Pernyataan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Adanya bahan ajar membuat saya
mudah memahami materi pelajaran
|
|||||
2
|
Materi yang ada dalam bahan ajar
menantang saya untuk tertarik mempelajari
materi pelajaran
|
|||||
3
|
Penggunaan ilustrasi, gambar, dan
contoh merupakan salah satu pendukung
dalam penguasaan materi bahan ajar
|
|||||
4
|
Kemutakhiran informasi dalam bahan
ajar membuat saya memahami suatu hal
barn
|
|||||
5
|
Bahan ajar disajikan dengan bahasa yang
mudah dipahami
|
|||||
6
|
Keseluruhan konsep dalam bahan ajar
sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
|
|||||
7
|
Istilah-istilah yang ada dalam
bahan ajar mudah untuk dipahami
|
|||||
8
|
Keberadaan bahan ajar penting bagi
saya untuk menguasai pembelajaran
|
Setelah bahan ajar
dievaluasi secara formatif, langkah selanjutnya adalah melakukan tahapan
evaluasi sumatif dengan benar. Evaluasi
sumatif bertujuan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan keberhasilan
seseorang pada bahan ajar tersebut.
3.Komponen yang Perlu Diperhatikan dalam
Merencanakan Evaluasi Formatif
Pelaksanaan suatu evaluasi harus dimulai dan didasarkan kepada rencana yang
disusun sebelumnya. Ada tujuh komponen penting yang harus diperhatikan oleh pengembang
instruksional, yaitu:
a. Maksud evaluasi formatif
Sejak awal perencanaan,
maksud evaluasi yang akan dilakukan harus jelas. Hasilnya akan digunakan
merevisi program atau produk instruksional bukan untuk menentukan digunakan tau
tidak digunakannya produk tersebut.
Maksud ini harus dijadikan
dasar dalam menyimpulkan hasil evaluasi nanti. Misalnya, apabila maksud
evaluasi tersebut semula digunakan untuk merevisi produk instruksional, tetapi
kesimpulan hasilnya digunakan untuk menetapkan bahwa produk tersebut tidak jadi
digunakan karena banyak kelemahannya, kesimpulan yang seperti itu tidak tepat.
Kesimpulannya menyimpang dari maksud evaluasi tersebut. Kekeliruan seperti ini
bukan hanyamungkin terjadi pada pengembang instruksional yang masih muda, tetapi
juga yang sudah senior.
b. Siapa yang akan menggunakan hasil evaluasi
tersebut?
Dalam perencanaan harus
ditetapkan siapa yang akan menggunakan hasil evaluasi itu. Dalam proses yang
kita bahas selama ini orang tersebut adalah tim pengembang instruksional.
Karena itu, hasil evaluasi harus dilaporkan kepada tim tersebut. Bila hasil
evaluasi tersebut diserahkan kepada orang lain, misalnya para guru sebagai
calon pemakai, hasil evaluasi formatif itu akan ditafsirkan lain, yaitu
rendahnya kualitas produk instruksional tersebut. Dari jauh hari calon pemakai
tersebut tentu menolak untuk menggunakannya.
c. Apa informasi yang akan dikumpulkan?
Perumusan informasi yang
perlu dikumpulkan berhubungan erat dengan maksud evaluasi. Dalam proses
evaluasi yang akan dilakukan, yaitu evaluasi formatif, dibutuhkan informasi
tentang kekurangan produk instruksional.
Bila informasi yang
dikumpulkan tidak sesuai dengan tujuan, misalnya informasi tentang
efektivitasnya bila dibandingkan dengan efektivitas produk instruksional lain,
maka hasil evaluasi tersebut tidak dapat memberikan petunjuk tentang komponen
apa dari produk intruksional tersebut yang harus direvisi. Karena itu
menetapkan jenis informasi yang relevan dengan maksud evaluasi sangat penting
artinya dalam evaluasi. Untuk evaluasi formatif terhadap produk instruksional,
pengembang instruksional perlu mengumpulkan berbagai informasi melalui reviu
oleh para ahli diluar pengembang instruksional, evaluasi satu-satu, evaluasi
kelompok kecil dan uji coba lapangan.
d. Sumber-sumber apa yang diperlukan?
1.
fasilitas,
alat-alat dan waktu
2.
Tenaga
pelaksana evaluasi
3.
Instrumen
evaluasi seperti kuesioner, pedoman interviu, checklist, tes, skala sikap dan
sebagainya.
4.
Responden
5.
Biaya
e. Bagaimana, kapan dan di mana data
dikumpulkan? Siapa yang melaksanakan pengumpulan data dari sumber informasi
yang telah ditentukan?
f. Bagaimana, kapan dan siapa yang melaksanakan
analisis data?
g. Bagaimana bentuk laporannya? Perlukah laporan
lisan di samping laporan tertulis? Laporan tersebut harus disampaikan kepada
tim pengembang instruksional.
Ketujuh komponen di atas
merupakan komponen pokok yang perlu mendapat perhatian dalam evaluasi, agar
hasilnya benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan maksudnya.
4. Merevisi Produk Instruksional
Pelaksanaan evaluasi
formatif belum menjamin terjadinya peningkatan kualitas produk instruksional,
bila rekomendasi yang dihasilkan evaluasi tidak digunakan untuk merevisi produk
instruksional yang dievaluasi tersebut.
Revisi yang dihasilkan dapat dikelompokkan dalam
tiga bidang besar:
a.
Isi dari produk instruksional, baik yang terdapat
dalam bahan instruksional maupun yang diuraikan oleh pengajar (bila bukan bahan
belajar mandiri).
b.
Kegiatan instruksional yang meliputi prosedur
penggunaan bahan instruksional dan penyajian atau presentasi.
c.
Kualitas fisik bahan instruksional.
Revisi terhadap produk instruksional dilakukan dalam tiga bidang tersebut di
atas. Hasil revisi tersebut berbentuk produk instruksional baru. Bila
perubahan-perubahan yang dilakukan untuk menghasilkan produk baru tersebut
sangat besar dan mendasar, evaluasi formatif yang kedua perlu dilakukan.Tetapi,
bila perubahan itu tidak terlalu besar dan tidak mendasar, produk baru itu siap
dipakai dilapangan sebenarnya. Produk baru itu disebut sistem instruksional.
Berikut ini dikemukakan bagaimana revisi itu
dilakukan pada setiap tahap evaluasi.
1.
Hasil reviu ahli bidang studi digunakan lebih
awal dari setiap tahap evaluasi yang lain, yaitu evaluasi satu-satu, kelompok
kecil, atau uji coba lapangan.
2.
Hasil evaluasi satu-satu merupakan masukan yang
berharga bagi pengembang instruksional, terutama komentar dan kesulitan
mahasiswa memahami setiap bagian dari bahan instruksional dan strategi
instruksional. Ini berarti bahwa masukan dari hasil evaluasi satu-satu dan para
ahli bidang studi banyak menyangkut isi produk instruksional.
Pengembang
instruksional melakukan perbaikan langsung pada bagian yang dianggap sulit
dipahami oleh mahasiswa, sulit dibaca atau menimbulkan salah pengertian.
Komentar para ahli lain untuk hal ini merupakan data yang memperkuat perlunya
revisi tetapi tidak dapat menolaknya. JUmlah mahasiswa dalam evaluasi satu-satu
ini sangat kecil, tetapi kontribusi mereka sangat besar dalam memperbaiki
tingkat keterbacaan dan kemudahan memahami produk instruksional yang
dievaluasi.
3. Hasil evaluasi kelompok kecil digunakan
untuk:
a. Manganalisis kualitas
setiap butir tes yang meliputi:
1)
Analisis alternative jawaban bila digunakan tes pilihan berganda;
2) Komentar
mahasiswa tentang kejelasan maksud pertanyaan dalam butir tes tersebut.
b.
Menganalisis kenaikan skor mahasiswa untuk butir-butir tes yang mengukur setiap
perilaku dalam TIK dengan cara membandingkan skor tes awal dan skor tes akhir.
Bila tidak ada kenaikan yang
berarti sedangkan hasil tes awal dan tes akhir relatif rendah, bahan
instruksional dan kegiatan instruksional yang berhubungan dengan TIK tersebut
perlu diteliti kembali dengan seksama dan dicari kelemahannya. Bila kenaikan dari
hasil tes awal dan akhir untuk TIK tersebut tidak berarti sedangkan keduanya
menunjukkan hasil yang tinggi, isi pelajaran yang berhubungan dengan TIK
tersebut perlu dipertimbangkan untuk dihilangkan karena dari semula mahasiswa
telah menguasainya. Keputusan untuk menghilangkannya sebaiknya menunggu hasil
uji coba. Bila hasil uji coba tersebut konsisten dengan hasil evaluasi kelompok
kecil bagian tersebut tidak perlu diragukan lagi, perlu dihilangkan atau
dipersingkat. Dengan mempersingkat tersebut berarti materi pelajaran
keseluruhan tetap utuh.
c.
Menganalisis hasil tes akhir dari dua TIK yang mempunyai struktur perilaku yang
hierarkial. Seharusnya skor rata-rata mahasiswa untuk kedua perilaku tersebut
mempunyai korelasi yang signifikan. Bila ternyata korelasinya rendah, perlu
diteliti hal-hal sebagai berikut:
1)
Kualitas butir tes pada setiap perilaku tersebut
2)
Kualitas bahan instruksional dan strategi
instruksional yang berhubungan dengan kedua perilaku tersebut, terutama
komentar mahasiswa dan para ahli bidang studi di luar pengembang instruksional.
d.
Menganalisis hasil tes akhir dari beberapa TIK yang mempunyai struktur perilaku
procedural terutama kawasan psikomotor. Bila skor mahasiswa dalam perilaku
tersebut rendah, yang terutama diteliti kembali adalah kemungkinan penambahan
jumlah latihan atau praktik yang dilakukan mahasiswa. Bila jumlah latihan
cukup, perlu diteliti kualitas alat-alat yang digunakan.
e.
Menganalisis komentar mahaiswa tentang proses instruksional terutama yang
menyangkut metode dan media instruksional.
4. Hasil uji
coba lapangan digunakan untuk merevisi produk instruksional dengan menggunaka
prosedur yang sama dengan penggunaan hasil evaluai kelompok kecil. Hasiluji
coba lapangan ini adalah yang paling mirip dengan keadaan sesungguhnya karena
dilakukan dalam lingkungan yang menyerupai lingkungan yang sebenarnya. Karena
masukan dari uji coba ini akan menggambarkan reaksi populasi sasaran kepada
produk instruksional. Bila masukan dari evaluasi satu-satu dan kelompok kecil
terutama berisi hal-hal pokok, masukan dari uji coba lapangan inimerupakan
masukan yang menyeluruh dan terperinci tentangkualitas bahan dan strategi
instruksional yang diujicobakan.
Analisis hasil uji coba lapangan meliputi:
a.
Membandingkan hasil tes awal dan tes akhir mahasiswa
untuk seluruh butir tes. Cara ini dimaksudkan untuk melihat efektivitas seluruh
produk instruksional. Pengetahuan akan tingkat efektivitas ini bukan untuk
memutuskan digunakan atau tidak jadi digunakan produk tersebut melainkan untuk
menetukan seberapa keras usaha yang masih harus dilakukan untuk meningkatkan
kualitasnya dikemudian hari. Bila kenaikan skor mahasiswa dari tes awal ke tes
akhir masih rendah, pengembang instruksional dapat menggunakannya sebagai
petunjuk bahwa usaha meningkatkan kualitas produk instruksional tersebut
dikemudian hari masih harus dilakukan lebih keras.
b.
membandingkan hasil tes awal dan hasil tes akhir
mahasiswa untuk kelompok butir tes yang mengacu kepada setiap TIK. Hasil ini
diperkuat dengan komentar mahasiswa dan ahli bidang studi di luar pengembang
instruksional akan memberi petunjuk untuk melakukan revisi pada bahan dan
strategi instruksional yang mengacu kepada TIK tersebut.
c.
Menafisirkan komentar mahasiswa tentang kejelasan dan
kualitas fisik bahan belajar serta tentang sikap mereka terhadap kegiatan
instruksional yang diikutinya merupakan masukan yang harus digunakan untuk
memperbaiki produk instruksional.
d. Menafsirkan komentar mahasiswa terhadap
proses instruksional, terutama metode dan media yang digunakan serta hasil
observasi pengembang instruksional terhadap kegiatan mahasiswa dan fasilitas
yang digunakan selama proses tersebut.
III. PENUTUP
3.1. Simpulan
Konsep evaluasi formatif yang
membedakannya dengan evaluasi sumatif dibahas dalam langkah tersebut adalah
pada maksud kedua evaluasi tersebut. Evaluasi formatif dimaksudkan untuk
merevisi bahan instruksional dan dijadikan pertimbangan untuk terus
menggunakannya atau menggantikannya dengan yang lain.
Empat tahap evaluasi formatif yang
ideal untuk pelaksanaan evaluasi formatif adalah:
1.
Rreview
isi instruksional oleh ahli isi diluar anggota tim desain.
2.
Evaluasi
satu-satu yang melibatkan tiga orang peserta didik.
3.
Evaluasi
kelompok kecil yang melibatkan 8-15 orang peserta didik.
4.
Uji
coba lapangan yang melibatkan 15-30 orang peserta didik.
Setiap
tahapan diikuti dengan kegiatan merevisi bahan instruksional sebelum melakukan
tahapan berikutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Eriyanti, 2008. Diktat
Pengembangan Bahan Ajar. Baturaja: Univesritas Baturaja.
Lestari, Eka. 2013. Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia Permata.
Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar