KATEGORI ADOPTER DAN KARAKTERISTIK INOVASI
(disusun
untuk memenuhi tugas perkuliahan Difusi dan Inovasi dalam Pendidikan dan dipresentasikan
pada hari Rabu,
26
Maret 2014)
Oleh
CHAYA PEBIYANA
06032681318062
Dosen Pengampu :
1.
Dr. Azizah Husin, M.Pd
2.
Dr.
Edi
Harapan, M.Pd
PROGRAM STUDI MAGISTER
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATEGORI
ADOPTER DAN KARAKTERISTIK INOVASI
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
proses inovasi berbagai adopter beserta karakteristiknya dapat dilakukan dengan
melakukan pemilihan strategi yang dapat disesuaikan dengan adopter melalui
proses inovasi. Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh individual atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi
sampai implementasi inovasi. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses
itu berlangsung akan berbeda antara orang atau masyarakat satu dengan yang
lainnya, tergantung kepekaan orang atau masyarakat terhadap inovasi. Demikian
pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalau terjadi perubahan yang
berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam wacana ilmu
komunikasi, ada teori yang dinamakan Diffusion of Innovasion yang dikemukakan
oleh Everett M. Rogers (1983). Teori ini membahas mengenai bagaimana sebuah
inovasi baru dapat di adopsi oleh masyarakat. Masyarakat penerima inovasi
tersebut oleh Rogers dinamakan sebagai adopter (pengadopsi). Faktor-faktor yang
dijadikan pertimbangan pihak adopter dalam membuat keputusan untuk
menerima atau menolak produk suatu inovasi jika dikaitkan dengan
pemikiran Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi
oleh 5 (lima) karakteristik inovasi yaitu : Inovator, adopter
pemula, mayoritas pemula, mayoritas lambat, dan laggards.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
karakteristik kategori adopter?
2. Normalitas distribusi adopter?
3. Bagaimana metode klasifikasi pengapdosian prediksi inovasi?
PEMBAHASAN
1.
KARAKTERISTIK KATEGORI ADOPTER
a.
Pengertian Kategori Adopter
Kategori adopter adalah klasifikasi
anggota-anggota suatu sistem sosial berdasarkan keinovatifannya, sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa ada perbedaan kecepatan individu dalam mengapdopsi
suatu inovasi. Ada individu yang cepat menerima inovasi dan sebaliknya ada
individu yang lambat dan sulit menerima suatu inovasi. Dalam masyarakat atau
sistem sosial selalu saja ada perbedaan individu. Pengukuran tentang
keinovatifan dan pengklasifikasian kategori adopter didasarkan kepada kecepatan
waktunya dalam mengadopsi suatu inovasi.
b. Kategori
Adopter secara Ideal
Keinovatifan, yaitu derajat kecepatn
individu mengadopsi inovasi atau tingkat intensitas penggunaan inovasi oleh
individu dapat dibeda-bedakan atau dibandingkan antara individu dengan individu
lainnya. Dari sejumlah individu dalam suatu sistem sosial pada umumnya dapat
diprediksi tentang kecepatannya mengadopsi sutu inovasi.
Idealnya
pengelompokan adopter menurut kecepatannya adalah mengikuti pola distribusi
normal, atau jika digambarkan dalam sebuah kurva akan membentuk lonceng.
Pengelompokan adopter secara ideal mengikuti pola distribusi mormal tersebut
disusun berdasarkan kajian secara empiris selama bertahun-tahun, meskipun
demikian bisa saja ada penyimpangan, namun biasanya penyimpangan yang terjadi
tidak begitu besar.
c. Karakteristik
Adopter
Setiap kategori adopter memiliki ciri-ciri spesifik yang
berbeda dari kategori lainnya. Jika disimpulkan ciri-ciri atau karakteristiknya
spesifik dari setiap jenis kategori adopter tersebut berkaitan dengan tiga hal
atau tiga variabel utama yaitu:
1)
Karakteristik sosial ekonomi
Status sosial ekonomi seperti usia, pendidikan, mobalitas
sosial.
2)
Variabel keprinadian
Sifat-sifat pribadi berkaitan dengan empati, kemampuan
abstraksi, rasionalitas, kecerdasan, sikap terhadap perubahan, kemampuan menghadapi
ketidakpastian, dan aspirasi, ternyata juga menjadi faktor pembeda antara
kategori adopter satu dengan yang lainnya.
3)
Prilaku komunikasi
Komunikasi termasuk partisipasi sosial, kontak
interpersonal, kontak dengan media masa, aktifitas mencari informasi.
2.
METODE
KLASIFIKASI PENGAPDOSIAN PREDIKSI INOVASI
Salah satu
pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan adalah pengelompokan berdasarkan
kurva adopsi, yang telah diuji oleh Rogers (1961). Yang diklasifikasikan atas
lima kategori yaitu:
Keterangan:
Adalah kelompok orang yang berani dan
siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial
mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang
seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat
jarak geografis. Biasanya
orang-orang ini memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak
teman atau relasi.
Kelompok ini lebih lokal di banding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan
lebih banyak opini dibanding
kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam
kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan
mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang
tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya,
mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam
mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang
seperti ini menjalankan fungsi penting
dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa
sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
d. Mayoritas akhir (Late Majority)
Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi
sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan
mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.
Terkadang, tekanan dari
kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain,
kepentinganekonomi mendorong
mereka untuk mengadopsi inovasi.
e. Tradisional / Kolot/ Terlambat (laggards/avoiders)
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan
adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan
untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan
orang-orang yang memiliki pemikiran sama
dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi
baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan
menganggap mereka ketinggalan zaman.
Dengan pengetahuan tentang kategorisasi
adopter ini dapatlah kemudian disusun strategi difusi inovasi yang mengacu pada
kelima kategori adopter, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, sesuai
dengan kondisi dan keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal ini penting
untuk menghindari pemborosan sumber daya hanya karena strategi difusi yang
tidak tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda
dengan strategi bagi mayoritas akhir, mengingat gambaran ciri-ciri mereka
masing-masing (Rogers, 1983). Secara gamblang digambarkan Rogers sebagai
berikut:
Keterangan:
1.
Inovator (Innovators) : Sekitar 2,5% individu yang
pertama kali mengadopsi inovasi. Cirnya: petualang, berani mengambil resiko,
mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2.
Pengguna awal ( Early
Adopter) : 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi.
Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam
tinggi.
3.
Mayoritas awal (Early Majority):
34% yang menjadi para pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi
internal tinggi.
4.
Mayoritas akhir (Late Majority): 34% yang menjadi pengikut akhir
dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan
ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5.
Tradisional / Kolot/ Terlambat (laggards/avoiders): 16% terakhir
adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan
terbatas, bukan opinion leaders,sumber daya terbatas.
Berdasarkan lamanya waktu yang
diperlukan untuk sampai kepada tahapan keputusan mengadopsi suatu inovasi,
kategori adopter dapat dihitung dan kemudian digambarkan seperti contoh
berikut:
3.
NORMALITAS DISTRIBUSI ADOPTER
Pengklasifikasian
katagori adopter berdasarkan atas keinovatifannya diketahui adopsi pada waktu
tertentu atau pertambahan jumlah adopter dari waktu ke waktu. Dan dapat pila
pada angka komulatif jumlah adopter pada suatu akhir priode difusi. Dengan cara
menggunakan kurva ketajaman S (S-hape curve) dan metode drajad penggunaan
(lavel of use) yang dikembangkan oleh Rogers
KETAJAMAN WAKTU
Tabel. Kurva ketajaman S
|
PENUTUP
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dengan
memperhatikan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keinovatifan dan
kategori pengadopsi inovasi itu
memiliki suatu keunikan yaitu Inovasi sebagai sasaran/instrumen untuk melakukan
perubahan sosial dan keinovatifan merupakan tingkat pengadopsian dari kelompok
masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan dan dalam
tahap kesadaran pengetahuan, saluran komunikasi media masa lebih penting dan
lebih besar perannannya dari pada saluran interpersonal. Dan sebalikanya pada
tahap persuasi media interpersonal lebih berperan ketimbang saluran komunikasi
media masa. Lamanya waktu untuk katagori adopter selalu mengikuti kurva.
Dalam
menerima inovasi, pengadopsi dikategorikan dalam lima kelompok yaitu :
innovator, pengguna awal, mayoritas awal, mayoritas ahir dan laggard. Selain
itu dalam hal inovasi banyak hambatannya. Untuk itu perlu taktik dan strategi
yang dahsyat yaitu antara lain: Strategi
Fasilitatif, Strategi Pendidikan, Strategi bujukan dan Strategi Paksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Rogers, E.M., (1983). Diffusion of Innovations. The Free Press : New York, London.
Purwanto., (2000). Difusi Inovasi. Jakatra: STIA-LAN
Press.
0 komentar:
Posting Komentar